KLIK SAYA DONK

Rabu, 16 Juni 2010

Berbagi Ilmu

[06] Mengapa Jualanku Sepi Pembeli?

Baru-baru ini saya menerima SMS dari seorang teman di Jakarta. Dia baru menjalankan bisnis jualan. Tadinya bekerja di toko busana wanita yang banyak menjual pakaian seksi. Lalu dia disarankan terjun wirausaha saja. Dia pun mulai jualan. Tetapi setelah jualan, ternyata tidak mudah. Kerap kali dagangannya sepi pembeli. Dia mengirim SMS ke saya mohon saran-nasehat. Begitu sulitnya kondisi, sampai dia mau menangis.

Lalu apa yang harus dilakukan, kalau Anda menghadapi masalah di atas?

PERTAMA: Saudaraku, semoga Allah memuliakanmu dengan kebaikan-kebaikan, dan semoga Allah menolong saudara kita di atas dengan kemurahan-Nya. Amin. Saat Anda menghadapi masalah apapun dalam bisnis, termasuk masalah yang menjengkelkan, membuat hati tidak sabar, bahkan kita hampir putus-asa; ketahuilah, jika Anda menghadapi masalah seperti itu, berarti Anda benar-benar sudah masuk dalam PROSES BELAJAR bisnis. Jangan lemah, jangan menyerah, sebab Anda sedang mulai belajar memahami REALITAS bisnis. Inilah cara Allah Ta’ala mengajarkan ilmu usaha kepada Anda. Sekali lagi, jangan menyerah, jangan putus-asa.

KEDUA: Saudaraku, ketika Anda sedang berjualan, maka setiap orang yang melihat dagangan Anda, sebenarnya peluangnya fifty-fifty (50 : 50). Siapapun dirinya, apakah orang berdompet tebal atau tipis, peluangnya 50 : 50. Bisa jadi dia akan membeli, atau tidak. Kalau dalam sehari, dagangan Anda banyak dibeli orang, itu tandanya banyak orang yang memilih opsi (pilihan) membeli. Kalau dalam sehari, dagangan Anda sepi pembeli, itu tandanya banyak orang memilih opsi tidak membeli. Tetapi pada awalnya, semuanya 50 : 50. Prinsip ini harus Anda ingat. Jika suatu saat Anda sepi pembeli, maka di saat lain akan ramai. Begitu pula sebaliknya.

KETIGA: Saudaraku, jika kenyataan yang ada, peluang orang tidak membeli dagangan Anda lebih besar daripada peluang mereka membeli, berarti ada kesalahan-kesalahan, atau kelemahan dalam cara Anda berjualan. Maka dalam tulisan ini -dengan ijin Allah- akan saya sampaikan cara memperbaiki cara kita berjualan. Harapannya, semoga nanti dagangan Anda lebih laku dan lancar, dengan pertolongan Allah.

Ketika Anda memulai membuka sebuah toko, gerai, outlet, stan, warung, atau berjualan dengan gerobak di pinggir jalan, atau berjualan asongan, apa yang ada dalam pikiran Anda? Apakah Anda membayangkan, dalam sehari akan laku sekian-sekian, lalu untung sekian, sehingga sebulan dapat sekian-sekian? Apakah Anda membayangkan, orang-orang akan datang berjubel antri membeli barang Anda, sampai mereka harus diatur dengan kupon antrian? Dan seterusnya dan seterusnya.

Berikut ini sebuah PRINSIP BESAR yang harus selalu Anda ingat, sebelum membuka sebuah toko, gerai, warung, atau berdagang dengan cara apa saja yang Anda mampu.

Sebelum Anda memutuskan untuk berjualan ini dan itu, membuka toko ini dan itu, menerapkan strategi ini dan itu, maka POSISIKAN DIRI ANDA SEPERTI KONSUMEN. Anda jangan memposisikan pandangan Anda seperti seorang pedagang, tetapi harus seperti konsumen. Kalau menuruti nalar pedagang, cenderung selalu subyektif. Para pedagang tidak ada satu pun yang mau mencela bisnisnya sendiri. Maunya selalu disebut baik terus. Tetapi kalau mengikuti nalar konsumen, hal itu akan lebih mendekatkan kepada keberhasilan.

Bagaimana caranya?

Caranya, Anda ajukan sebuah pertanyaan kepada diri Anda sendiri: “Kalau saya sebagai konsumen, alasan apa yang membuat saya berminat membeli barang di toko ini?” Padahal toko itu sebenarnya adalah toko Anda sendiri. Tapi disini Anda mencoba berpikir seperti para konsumen.

Kalau jawaban Anda atas pertanyaan di atas sebagai berikut: “Toko ini sungguh tidak menarik, tempatnya lusuh, barangnya mahal, orangnya judes. 100 % toko ini tidak menarik sama sekali. Lebih baik beli ke toko China.” Berarti, memang dalam toko Anda ada banyak masalah yang membuat konsumen enggan membeli.

Termasuk kalau Anda berjualan asongan di pinggir jalan, Anda juga harus bertanya, “Alasan apa sih yang membuat saya merasa senang membeli barang-barang ini?” Kalau Anda kesulitan mendapatkan alasan-alasan itu, berarti para konsumen lain juga tidak jauh beda. Kalau Anda sendiri saja tidak tertarik, bagaimana orang lain akan tertarik? Iya nggak? (Iyaaa…. terpaksa saya jawab sendiri. He he he…).

Nah, faktor nalar konsumen ini sangat penting untuk dibaca. Sebelum bisnis, coba tanya diri Anda sendiri, apa saja alasan-alasan yang membuat Anda mau membeli suatu barang di sebuah toko? Jika banyak alasan positif yang diperoleh, itu tandanya bisnis Anda bisa berkembang baik. Karena, bagaimanapun wahai Saudaraku, selera konsumen satu dengan lainnya, tidak jauh beda. Selera Anda dengan selera orang lain, tidak jauh beda. Apa yang Anda suka, cenderung disukai juga orang lain. Begitu pula sebaliknya.

Lalu apa saja faktor yang bisa membuat konsumen suka dengan toko, gerai, warung, atau dagangan kita? Berikut ini faktor-faktor yang layak Anda cermati:

[1] Suka karena murahnya. Nah, ini dia kunci bisnis di Indonesia. Meskipun kemudian banyak orang menyalah-gunakan kecenderungan orang Indonesia membeli barang murah.

[2] Suka karena kualitas barang yang dijual standar. Ini penting. Jangan menjual barang yang kualitasnya terlalu jauh di bawah standar. Masyarakat bisa mengenal barang baik dan buruk. (Kalau sulit menjual barang yang berkualitas semua, lakukan pencampuran produk. Sebagian berkualitas bagus, sebagian murah meriah. Ini nanti bisa diterapkan mekanisme “subsidi silang”).

[3] Suka karena pelayanan yang ramah dan santun. Ini juga sangat penting. Kita harus bisa “merebut hati konsumen”, meskipun mereka tidak jadi membeli barang kita. Kalau konsumen sudah TERKESAN, insya Allah dia nanti akan balik kembali, dan biasanya akan memberi “promosi gratis”.

[4] Suka karena lokasi mudah dijangkau. Lokasi yang dekat dengan konsumen, tidak membuat orang kesulitan datang, itu lebih berpeluang dituju pembeli. Pembeli dimanapun ingin solusi instan (cepat). Maka jangan dibuat lebih rumit. (Disini ada sisi kelebihan toko biasa dibandingkan supermarket. Di supermarket ada kasir, bon, dan birokrasi yang membuat orang malas kesana. Ini harus dimanfaatkan, brother).

[5] Suka karena tempatnya bersih, rapi, barang-barang ditata secara elok. Daripada membeli di sebuah warung yang bentuknya seperti “sarang tikus”, lebih baik membeli di supermarket yang barangnya diatur sangat rapi (bahkan ruangan dibuat wangi lagi). Maka, jagalah kebersihan tempat usaha Anda.

[6] Suka karena fasilitas memadai. Misalnya, ada lahan parkir yang cukup, ada tempat sampah, ada satu dua kursi tempat duduk di depan toko, disediakan tissue gratis, dll. Ini namanya fasilitas tambahan. Kelihatannya sepele, padahal bisa menjadi nilai tambah berharga.

[7] Suka karena banyak pilihan. Semakin beragam barang yang dijual, orang semakin senang. Sebab mereka bisa memilih sesuai pilihan dan kemampuan.

[8] Suka karena konsep interior yang menarik. Sebagian orang menyukai toko/gerai/warung yang peduli dengan estetika (keindahan). Semakin bagus konsep estetika-nya, insya Allah semakin baik. Tetapi juga jangan terkesan mewah, rumit, komplek; nanti orang malah takut datang kesana, karena dianggap terlalu wah. Jadi, tampilan estetik itu bisa diatur dengan biaya rendah, konsep simple, tapi efek maksimal.

[9] Suka karena penampilan pedagangnya rapi dan bersih. Barangnya bisa sama, harganya bisa sama, tetapi kalau penampilan penjualnya berbeda, konsumen lebih suka memilih penjual yang “sedap di pandang”. Misalnya, ketika sedang jualan Anda terlalu sering membersihkan hidung Anda dengan jari-jari, dijamin para pembeli akan menjauh. “Hih, ngapain membeli makanan di “para penambang” hidung. Amit-amit deh,” kata konsumen nanti.

[10] Suka karena Allah menolong perdagangan Anda. Caranya, banyak-banyaklah istighfar kepada Allah. Istighfar ini akan membuka pintu-pintu pertolongan Allah. Tetapi istighfarnya jangan keras-keras, kalem saja, pelan-pelan, kalau bisa lirih (seolah bibir Anda tidak terlihat bergerak). Selagi tidak bicara dengan orang, terus istighfar, insya Allah hal ini akan membuat hati manusia cenderung kepada usaha Anda.

Dalam praktiknya, Anda silakan mengadakan faktor-faktor di atas sekuat kemampuan. Tidak harus semuanya disediakan. Semampunya saja. Tetapi pada faktor-faktor yang mampu Anda sediakan itu, lakukan MAKSIMALISASI. Maksimalkan faktor-faktor tersebut, terutama untuk menutup faktor-faktor lain yang tidak sanggup Anda penuhi. Sekaligus demi rasa syukur kita kepada Allah Ta’ala. Cara mensyukuri nikmat Allah, salah satunya dengan memaksimalkan karunia yang Dia berikan.

Nah, demikian Brother and Sister. Semoga saran-saran ini bermanfaat. Teruslah berusaha, jangan putus harapan. Insya Allah ada kemenangan dan kejayaan di balik usaha-usaha Anda. Allahumma amin ya Karim.

Walhamdulillah Rabbil ‘alamiin.

AMW.

====================================================================================

[05] Tiga Langkah Dasar Membangun Usaha

PERTAMA. Saat pertama kali hendak membangun usaha, Anda harus mampu menjawab pertanyaan, “Apa kebutuhan konsumen di lokasi tempat bisnis Anda?” Jadi, bisnis Anda itu pada dasarnya untuk MEMENUHI KEBUTUHAN konsumen. Dengan demikian, dijamin masyarakat akan membutuhkan usaha Anda, sebab Anda telah bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Memulai bisnis itu jangan dengan pertanyaan, seperti: “Bisnis apa ya yang belum ada di daerah ini? Bisnis apa ya yang aku suka? Bisnis apa ya yang mampu saya buat?” Sekali lagi, fokus landasannya itu untuk MEMENUHI KEBUTUHAN konsumen, bukan untuk memuaskan ambisi Anda sendiri.

Untuk mengetahui kebutuhan konsumen, mau tidak mau Anda harus melakukan surve terlebih dulu. Surve bisa dilakukan secara serius, misalnya melakukan wawancara atau menyebar kuisioner, atau dilakukan secara “kurang profesional” yaitu dengan turun ke lapangan lalu melakukan kira-kira. Surve itu wajib dilakukan, secara aktif maupun pasif (memanfaatkan informasi orang lain).

Contoh, tentang bisnis counter HP. Meskipun Anda mampu menyewa outlet mahal, membuat interior mewah, mendatangkan banyak produk ponsel (HP) bermerk, memasang aksesoris yang keren; tetapi kalau counter itu Anda dirikan di tengah pemukiman sepi, di lokasi perumahan para pensiunan, atau di tengah-tengah jalan raya sepi dekat hutan dan persawahan, dijamin usaha Anda tidak akan ditengok konsumen. Meskipun sudah puluhan juta investasi Anda tanamkan dalam usaha counter HP itu.

KEDUA. Berikan kualitas pelayanan standar. Anda harus memberikan kualitas pelayanan standar, jangan asal-asalan, jangan kualitas  kampungan. Standar kualitas itu bisa dilihat pada usaha-usaha sejenis yang sudah ada. Ini sangat penting, sebab masyarakat akan menilai produk bisnis Anda. Kalau kualitasnya jelek, dijamin mereka akan mengabaikan layanan Anda.

Contoh, membuat bisnis es campur. Sebelum membuka usaha ini, Anda perlu jalan-jalan mencoba semua stand es campur di kota Anda. Meskipun tidak semua, setidaknya sebagian besarnya Anda datangi. Anda perlu merasakan bagaimana nikmatnya es itu, rasakan gulanya, lihat mangkok, gelas, meja, gerobak, dan sebagainya. Bahkan lihat interior, lihat simbol-simbol yang dipakai, lihat cara pelayanan, termasuk trik-trik memikat konsumen yang dilakukan seorang penjual es campur. Setelah itu, Anda bisa putuskan kira-kira kualaitas es campur seperti apa yang akan Anda buat. Coba pikirkan meja, kursi, gerobak, aksesoris, interior, bahkan nama yang kreatif. Kalau nama-nama seperti,  “Sedia Es Campur, Enak Lezat”, “Es Campur Bang Udin”, “Es Campur Pojok Dago”, dan semaacam itu…halah sudah bosan melihatnya. Anda perlu kualitas lain yang lebih kreatif.

Nah, kualitas standar ini sangat penting. Kalau konsumen sekali saja kecewa dengan makanan yang Anda sajikan, yakinlah mereka akan lari, dan tidak mau kembali lagi. Untuk menghasilkan kualitas standar, Anda bisa mengikuti magang, bisa mencoba-coba di rumah sampai mahir, atau membeli lisensi produk orang lain. Namun untuk bisnis lisensi itu rata-rata mahal. Sebuah lisensi bisa bernilai 5 kali modal Anda sendiri. Daripada memakai lisensi orang, lebih baik Anda gali kreatifitas sebaik mungkin. Tak apa bersabar sejenak, asalkan hasil maksimal.

Masalah harga juga penting. Kalau mampu, Anda berikan harga lebih rendah dari pesaing-pesaing Anda di suatu tempat; kalau tidak, berikan harga yang seimbang dengan mereka; kalau pun harus lebih tinggi, jangan melebihi besaran 20 %. Misal harga standar di tempat Anda untuk sebuah produk Rp. 10.000,-. Kalau Anda harus lebih mahal dari harga itu, jangan melebihi Rp. 12.000,-. Selisih 20 % itu sudah pol banget, jangan dinaikin lagi.

KETIGA. Lakukan strategi-strategi untuk memenangkan kompetisi. Sebagai seorang usahawan, Anda harus suka dengan kompetisi, jangan menjauhi kompetisi. Bahkan Anda harus membutuhkan kompetisi, bukan berlari takut darinya. Kompetisi itu penting untuk memantapkan bisnis Anda. Tanpa kompetisi, bisnis Anda akan rapuh, dan suatu saat akan ambruk karena adanya “tsunami bisnis” yang datang tak diduga.

Berbagai langkah yang bisa Anda lakukan untuk memenangkan kompetisi, misalnya: (1) Memberi harga yang lebih murah dari pesaing Anda; (2) Memberi pelayanan lebih ramah kepada konsumen; (3) Berani memberi ganti rugi karena insiden yang tidak sengaja; (4) Bersikap lapang kepada orang-orang yang membutuhkan informasi (tidak selalu memaksa mereka membeli produk); (5) Menjamin produk yang berkualitas, bukan produk asal-asalan; (6) Memberi bingkisan vocher kepada pelanggan setia; (7) Memberi servis ekstra dalam momen-momen tertentu, misalnya saat Ramadhan harga turun 10 %. Dan lain-lain cara.

Contoh, kita membuat bisnis penjualan properti (rumah, tanah, gedung, aset, dll). Kita harus melakukan hal-hal yang tidak dilakukan oleh pesaing-pesaing kita. Misalnya, Anda membuat database properti yang dijual di kota Anda; memberikan layanan informasi tanpa batas; menjamin kenyamanan para klien (pembeli rumah atau penjual properti); memberikan selisih keuntungan yang lebih kecil; memberi informasi yang jujur; menjamin keabsahan surat-surat sertifikat hak milik, dan lain-lain.

Nah, kalau TIGA langkah di atas sudah ditempuh, berarti Anda benar-benar sudah menjalankan bisnis. Kalau belum, berarti bisnis Anda masih jauh dari harapan. Ingat selalu: TITIK-TOLAK KEBUTUHAN KONSUMEN, KUALITAS STANDAR, dan MEMENANGKAN KOMPETISI.

Semoga bermanfaat wahai Muslimin dan Muslimat. Amin ya Karim.

AMW.

=================================================================================

[04] Anda berbisnis dengan MANUSIA

Ini adalah prinsip besar yang sering dilupakan oleh para pebisnis amatiran. Jika Anda benar-benar memahami dunia bisnis dalam masa yang lama, Anda akan memahami: betapa berharga hati konsumen Anda! Para pebisnis pun tidak ragu untuk memakai sebuah slogan, “Pembeli adalah raja!”

Maksudnya begini. Dalam berbisnis dengan manusia, Anda harus menghindari cara pelayanan yang bisa membuat para pembeli/konsumen marah, kecewa, atau sakit hati kepada Anda. Bahkan, suasana tempat bisnis Anda yang bisa membuat orang lain merasa TIDAK NYAMAN, harus dihindari.

Misalnya, dalam bisnis sebagian pedagang selalu menanti pembeli di depan tokonya. Dia selalu “siap siaga” menjemput pembeli. Kalau ada pembeli, dia segera bertanya, “Mau beli apa?” Cara-cara seperti ini membuat orang merasa tidak nyaman untuk mampir ke tokonya. Seharusnya, para pembeli itu biarkan saja melihat-lihat barang apapun yang ada di tokonya. Dia mau bertanya apapun, biarkan saja. Dan jangan paksa mereka untuk membeli barang kita. Kalau mereka mengatakan, “Maaf, saya cuma bertanya saja!” Jawab perkataan itu dengan sikap yang sangat simpatik, “Oh, tidak apa-apa. Silakan bertanya! Terimakasih sudah berkunjung.” Lalu tersenyumlah yang manis kepada orang yang tidak jadi membeli itu. Kalau perlu antarkan pembeli itu sampai ke pintu toko.

Lho, kok gitu-gitu amat sih?

Iya, memang seperti itu caranya. Disini ada tinjauan luar biasa yang harus dipahami oleh setiap pebisnis Muslim, yaitu:

    [o] Jangan memandang, bahwa setiap orang yang datang ke toko/outlet/stand Anda itu selalu akan membeli. Tidak demikian. Mereka harus dipandang sebagai: konsumen bebas! Terserah mereka, akan membeli atau tidak. Yang jelas, kita tidak menyandarkan rizki kita kepada orang itu, namun kita sandarkan rizki kepada Allah. Kalau Allah kehendaki orang itu akan membeli, dia pasti membeli. Kalau Dia kehendaki tidak membeli, pasti dia tidak akan membeli.

    Kalau ada seseorang datang ke toko/warung/outlet Anda, hati Anda jangan fokuskan ke diri orang itu, tetapi kepada Allah Ta’ala. Dia-lah sumber rizki kita. Tugas kita adalah melayani orang yang datang itu sebaik-baiknya, nanti Allah yang akan menentukan besaran nilai rizki yang akan kita terima. Berikan pelayanan terbaik kepada setiap calon konsumen, lalu fokuskan hati Anda kepada Allah Ar Razzaq.

    [o] Saat Anda telah memberikan pelayanan terbaik, sampai para pembeli merasa SANGAT TENTRAM berada di toko/outlet/warung Anda, maka sejak itu tempat yang Anda buat untuk bisnis itu akan menjadi tempat yang berkah. Ia akan menjadi tempat yang tumbuh, berkembang, dan menjadi “tambang profit” bagi keluarga. Berbeda, kalau Anda menjaga toko/warung/outlet seperti seorang SATPAM menjaga istana. Dapat diduga, tempat usaha Anda akan selalu diingat-ingat sebagai tempat yang “menyeramkan”.

    Bahkan sebenarnya, di supermarket-supermarket saya sering lihat mereka menempel peringatan di rak-rak barang: “Segala macam tindakan pencurian, akan dilaporkan ke polisi.” Ini adalah peringatan bodoh, tidak perlu dilakukan sama sekali. Ini sebuah kebodohan, membuat konsumen merasa terawasi secara ketat. Tindakan sekuriti itu cukuplah dilakukan dengan cara-cara yang arif. Misalnya, buat satu pengumuman cukup besar yang bisa dilihat oleh konsumen dengan kata-kata lembut, misalnya: “Kami sangat menghargai kejujuran dan sportifitas dalam segala bentuk transaksi”. Atau misalnya: “Anda jujur, kami sangat menghargai”.

    [o] Harus selalu diingat EFEK BERANTAI dari kesan yang dirasakan oleh setiap konsumen. Seorang pembeli yang merasa tentram, nyaman, dan diperlakukan secara lembut, dia akan menceritakan kesan-kesan yang dialaminya kepada keluarga, teman, dan kenalannya. Toko/outlet/warung yang memberi pelayanan SIMPATIK akan selalu dikenang, diingat, direkomendasikan, bahkan dipromosikan secara gratis. Inilah efek ketika kita bisa memperlakukan para konsumen/calon konsumen secara manusiawi dan simpatik.

    [o] Sungguh, seorang pemilik/penjaga toko tidak akan rugi ketika memberi informasi gratis kepada setiap calon konsumen, memperlakukan konsumen itu dengan sikap lembut, meskipun akhirnya dia tidak jadi membeli barang. Tidak akan rugi, meskipun kita sudah “capek” memberi informasi. Mengapa demikian? Sebab secara materi, memang kita tidak merugi. Tidak ada uang/keuntungan yang hilang. Mungkin waktu kita hilang, atau lidah kita agak kelu dengan memberi macam-macam informasi. Tetapi secara materi, memang tidak ada yang hilang.

    Dan harus diingat, bahwa setiap pengorbanan manusia itu tidak ada yang sia-sia. Segala perbuatan yang kita lakukan secara IKHLAS dalam rangka IKHTIAR mencari rizki Allah, semua itu akan menjadi tabungan bagi kita. Selain tabungan amal, juga tabungan rizki. Semua perbuatan itu sebenarnya akan menjadi POINT PROFIT yang tersimpan rapi dalam catatan Allah Ta’ala. Nanti ketika point itu sudah penuh, ia akan diberikan kepada kita dalam bentuk: rizki besar yang tidak disangka-sangka. Hal ini sering terjadi dalam perdagangan.

Wahai saudaraku, ingatlah para pembeli atau calon pembeli yang engkau hadapi itu, pada hakikatnya adalah manusia. Siapakah manusia? Manusia itu adalah seperti dirimu. Kalau engkau suka diperlakukan secara simpatik, maka para calon pembelimu juga ingin diperlakukan seperti itu. Kalau engkau benci dilecehkan, diabaikan, disia-siakan, bahkan dihina; maka para pembelimu juga benci diperlakukan seperti itu.

Bodohnya cara bisnis kita selama ini -maaf saya memakai kata ‘bodoh’-, ketika bisnis mulai ramai, banyak pembeli, pertumbuhan berkembang terus; saat itu begitu mudah kita meremehkan para pembeli. Terutama pembeli dengan uang ribuan, uangnya lecek-lecek, dan sebagian uang logam. Kita inginnya melayani para pembeli yang keluar dari sedan, penampilan rapi, aroma tubuhnya wangi, dompetnya tebal, kalau mengeluarkan uang pecahannya hanya satu saja (pecahan 100 ribuan). Sementara para calon pembeli dekil, dengan uang ribuan lecek-lecek, kita sumpek melihatnya, merasa mau muntah, pingin cepat-cepat mengusir pembeli itu agar “tidak merusak pemandangan toko”. Betapa bodohnya, kalau ada Muslim yang berbisnis -maaf sekali lagi maaf- tolol seperti itu. Dia adalah pebisnis amatiran, arogan, dan tidak layak berbisnis.

Pembeli dalam segala macam keadaannya, adalah amanah Allah yang harus kita terima dengan syukur, kita layani sebaik mungkin. Prinsipnya: “Jangan menyandarkan bisnis Anda kepada kunjungan orang-orang berkantong tebal, sebagaimana jangan pernah meremehkan datangnya orang-orang berkantong tipis. Sandarkan bisnis Anda kepada pelayanan prima, kepada siapapun. Dan sikap tawakkal kepada Allah.”

Jika Anda lakukan semua ini, yakinlah bisnismu akan berkibar-kibar. Dengan ijin dan pertolongan Allah. Allahumma amin, wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

oke...juga postinganya