بسم الله الرحمن الرحيم

Saya  menulis ini bukan bermaksud untuk, mengumbar bualan “teori konspirasi,  apalagi memancing SARA. Saya bersikap NETRAL disini dan saya menulis ini  hanya untuk menyajikan suatu analisa yang saya sadur dari berbagai  laporan jurnalis yang kompeten. Tapi apapun yang terjadi, yang berlalu  biarlah berlalu, mungkin hukuman mati sudah menjadi suratan nasib bagi  Amrozy dkk. Kalo ada yang salah dalam tulisan saya, saya mohon maaf  sebelumnya
Kurang lebih pukul 11.30 malam, hari Sabtu 12 Oktober 2002,  saat seseorang entah dimana, menekan sebuah tombol yang lalu mengirim  sinyal radio ke antena bawah tanah yang terdapat didalam pipa saluran  air hujan dekat Sari Club, Bali. Dan sepersekian juta detik kemudian,  bola api mengerikan terbentuk di jalan. 
Bola api itu berbentuk lingkaran yang berkilauan, dipastikan terbuat dari 99.78% Plutonium 239 yang hanya diproduksi oleh fasilitas nuklir Dimona di gurun Negev, Israel Selatan (Joe Vialls)
Beberapa  detik berlalu dan bola api mengerikan ini menguapkan semua orang yang  berdiri dalam jarak 30 kaki dan menggerus sekurangnya 2 ton serpihan  aspal mematikan di sepanjang jalanan Kuta Bali. Tiap orang yang berdiri  di jalur ledakan menderita luka bakar serius akibat emisi panas.
Tidak  lama kemudian, bola api ini mengirim energi gelombang panas yang luar  biasa dan segera menghanguskan sekurangnya 27 bangunan di area yang  berdekatan, membakar area parkir yang berjarak 2 blok dari titik  ledakan, dan kelak diketahui tidak ada alat Geiger manapun yang  mendeteksi adanya radiasi.
Kebiadaban  ini seolah-olah terlihat sebagai “hukuman” terhadap warga Australia dan  warga Yahudi-Nasrani yang bertentangan dengan Islam. Diantara korban,  orang Australia paling banyak, yang sebenarnya bersikap arif dalam  menentang PM mereka, budak-nya George W. Bush dan Ariel Sharon dalam  kebijakan kejinya terhadap Timur Tengah. 
Politisi  dan ahli akademis cepat-2 berebut berbicara depan kamera televisi  dengan penjelasan yang kurang bisa dipahami; bagaimana dan mengapa  pengeboman terjadi di tempat pertama, dan mengapa lusinan korban dengan  badan masih utuh jadi “lenyap” tanpa jejak. 
Teka Teki Kawah Besar Pasca Ledakan
Masalah  besar berikutya bagi politisi dan ahli adalah kawah besar di jalanan di  luar Sari Club, kawah dengan kedalaman 5 kaki dan diameter 22 kaki.  Kawah itu memberi bukti bahwa senjata diledakkan dari bawah tanah. 
Jawaban yang paling masuk akal dari bahan peledak yang dapat menciptakan kawah adalah :
1. jika bahan peledak dijatuhkan dari pesawat dan melakukan penetrasi ke dalam tanah, atau 
2. bila bom itu secara fisik diletakkan di bawah tanah. 
Para  politisi dan ahli sendiri nampaknya punya masalah dengan pemikiran  mereka tentang kawah. Media massa juga ikut membantu dengan tidak  menayangkannya di televisi atau koran-2, dan “pencucian otak publik" segera membuat orang melupakan kawah tersebut. 
Kurang dari 24 jam setelah ledakan, media massa mengklaim bahwa penyidik di TKP telah menemukan jejak C4. 
Ini adalah kebohongan,  meski demikian berita tersebut cukup “menghancurkan”, sebab tiap orang  yang punya televisi dan film-film Sylvester Stallone atau Bruce Willis  menyadari betapa dahsyatnya C4 itu. Stallone mengahantam musuh-2 nya di  depan mata pakai itu, dan Willis menggunakannya untuk menghancurkan  pembajak pesawat. Dalam tiap tontonan tv ledakan diiringi dengan bola  api raksasa yang dibuat untuk menggambarkan bahwa “neraka depan mata”,  memberi kesan C4 adalah bom paling kuat di muka bumi.
Composition  (C) 4 adalah komponen stabil & lemah dari 91% RDX dan 9%  non-explosive Polyisobutylene plasticiser. Sebenarnya C4 hanya 1.2 kali  lebih kuat dari TNT. Bom plastik ini punya reputasi terutama karena  penggunaannya yang fleksibel. Anda dapat meletakkannya sesuka anda, dan  melekatkannya dimanapun kalian mau walau dalam air sekalipun. 
Pandangan  media Australia tentang C4 sungguh dangkal, bola api raksasa yang  selalu mengiringi ledakannya adalah tidak benar karena bola api raksasa itu adalah efek pyroteknik khusus yang didesain untuk memuaskan penonton.
Ini  disebabkan karena media dgn tangkas menaruh headline berita bersama  dengan ulasan “ahli” untuk mencari tahu bahan peledak yang benar-benar  dapat dipercaya publik, yaitu MICRO NUKLIR
Kurang  dari 24 jam kemudian media mengubahnya jadi cerita “fiksi”; “sebuah  minivan penuh dengan tabung gas”, dengan judul LEDAKAN diatasnya. Jelas  itu ditujukan untuk menggiring opini publik akan senjata bernama FAE  (Fuel Air Explosive) biasa dijuluki Poor Man Atomb Bomb, yang sukses  dijatuhkan pesawat2 Amerika di Irak dan Vietnam.
Media  mengakui bahwa FAE bisa meledak sekurangnya 100 kaki di atas target dan  menciptakan awan bermuatan ethylene oxide gas yang bersifat membakar.  Mereka juga memahami walau air-launched FAE tidak membuat kawah (karena  tidak menekan tanah), daya hisap dimiliki senjata itu saat mengambil  oksigen untuk membakar, dan itu sudah cukup untuk mencabut paru-2 orang  keluar dari mulutnya. Tapi tidak ada hal menakutkan seperti ini yang  terjadi di Bali.
Persepsi  mayoritas orang tentang senjata nuklir adalah apa yang terjadi beberapa  dekade lalu saat Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang.  Sebuah bom atom dengan inti Uranium 235, dinamai Little Boy, meledak dgn  kekuatan setara 15.000 ton TNT. 
Little Boy  adalah satu dari bom atom fisi “terkotor” yang pernah diledakkan di  bumi. Massa utama-nya (U-235) hanya mengalami reaksi fisi murni kurang  dari 1%. Jadi apa yang tersisa setelah ledakan adalah badai salju  radiasi neutron, alpha, beta dan gamma yang mematikan. Radiasi gamma  mengakibatkan berbagai luka serius pada korban-Hiroshima, mencakup  nekrosis dan ulserasi. Radiasi gamma terdeteksi dengan Geiger counter  dan memberi peringatan akan zona berbahaya. Jadi, setiap Geiger counter  dalam beberapa mil di Hiroshima berbunyi keras selama beberapa minggu  yang terjadi terutama karena radiasi gamma.
Harap  diingat jika micro nuklir adalah senjata ‘kecil’ tapi punya massa inti  dengan partikel jumlah terbatas yang bisa menyebar dalam area luas. Anda  mungkin berada dalam jarak 5 kaki untuk mendeteksi partikel tunggal,  tapi pasti sudah banyak yang menghilang. Bali sering mengalami hujan  deras dan Sari Club berlokasi sekitar 200 meter dari Pantai Kuta, dimana  saluran air hujan di jalanan utama Kuta dialirkan ke laut. 1 minggu  setelah ledakan, deteksi mungkin sudah terlambat.
Polisi  Indonesia memakai masker dan sarung tangan, bandingkan dengan penyidik  Australia dan Inggris yang berdiri dan menghirup zat kontaminan di TKP
Setelah  serangan teroris di Bali, “road show” kaum non-Muslim dipastikan  mencapai puncak, dgn koran-koran Amerika yg melaporkan peristiwa itu  secara besar-besaran. Pemerintah menuduh Baasyir terkait al-Qaida dan  mengatakan jika kaki tangannya, dikenal dengan nama Hambali, adalah  orang yang berada dibalik pemboman-2 di tanah air. 2 org itu juga  dituduh sbg pimpinan jemaah Islamiyah, yang dipercaya sbg aliansi utama  Al-Qaeda di Asia Tenggara.
Pernyataan  Ba'ashir mementahkan dugaan mereka karena tidak ada anggota ‘Al Qaeda”  fiktif yang bisa menerobos ketatnya keamanan fasilitas nuklir Dimona di  Israel untuk mencuri sebuah senjata nuklir (Joe Vialls)
Usaha  pemerintah Australia untuk menimpakan kesalahan bom Bali pada “Teroris  Muslim” mengundang bahan tertawaan. Pemerintah Australia mengklaim bahwa  ledakan heboh yang menguapkan lusinan korban di pantai Kuta disebabkan  oleh bom yang “dibuat dari 50-150 kg klorat”, yang dicuri dari sebuah  gudang di pulau Jawa selama bln September. 
Mengklaim  bahwa bom bali dibuat dari potassium klorat adalah ketololan besar, dan  jelas memperlihatkan tekanan Amerika dan Israel pada Australia agar  secara resmi mengatakan “Orang muslim pelakunya”.
Ya,  kalian bisa bikin senjata pake 90% potasium klorat dan 10% paraffin,  tapi sungguh lambat dan bakalan low-explossive. Membuat senjata yang  tidak meledak prematur, dgn 400 pon potasium klorat dan parafin dicampur  Power gel akan membuat kacau balau suasana jalanan Pantai Kuta, namun  tidak mampu berbuat banyak. Suspensi potasium klorat dan parafin  memiliki kecepatan detonasi 3500 kaki perdetik ( feet persecond/fps),  bandingkan dengan Amonium Nitrat & Diesel 12.000 fps serta 22.800  fps untuk RDX. 
Dengan  istilah lain, jarak berapapun dari titik ledakan, komponen peledak yang  berbeda itu akan melakukan tekanan ke atas beberapa pon/incipersegi  pada target. Derajat kerusakan pada target selalu sebanding dengan  overpressure tekanan ke atas.
Bukti  mutlak bahwa dongeng Australia itu bohong dapat dilihat pada foto-2  struktur beton bertulang yang terletak diatas 50 kaki dari permukaan  tanah. Setiap fragmen beton tercerai berai karena overpressure, dan  hanya meninggalkan potongan2 pipa beton. 
Hal  spesifik ini dijelaskan dengan gamblang oleh pensiunan Jenderal Benton  K. Partin yang bertanggung jawab mutlak terhadap seluruh penelitian,  pengembangan, ujicoba, pembaharuan dan manajemen sistem persenjataan di  Angkatan Udara AS ( USAF); “Gelombang tekanan bom (1 juta-1.5 juta  pond/inci persegi) dengan kecepatan ledak tinggi disertai gelombang  kompresi mengakibatkan deformasi struktur beton. Karena tekanan  gelombang melampaui ambang ketahanan beton (sekitar 3.500 pon/inci  persegi), maka struktur beton berubah jadi serpihan pasir dan debu  hingga gelombang ledakan lenyap atau berada dibawah ambang kekuatan  beton.”
Karena  ledakan dengan air gap 50 kaki kurang memiliki energi besar yang cukup  untuk melawan struktur fondasi beton, lalu 400 pon bahan peledak kimia  digembar-gemborkan oleh Pemerintah Australia. RDX memang akan menekan  (namun tak melampaui) 10 pon/inci persegi 50 kaki jauhnya dari titik  ledakan, dan potasium klorat dengan takaran seimbang mungkin bisa  mendesak 2 pon/inci persegi pada kisaran jarak yang sama. 
Masalahnya  sudah jelas, dan kesimpulan dari pemerintah Australia yg  menyederhanakan masalah dengan dongeng liar tentang detergen potasium  klorat yang dicuri dari Jawa jelas tidak benar. Untuk menyebabkan  kerusakan pada TKP di Bali, kita mesti punya senjata dengan senyawa  berat, dan kecepatan ledakan harus cukup cepat untuk memastikan kalau  tekanan 1 juta pon/inci persegi diberikan pada jarak 50 kaki dari titik  ledakan. 
Hanya satu senjata di dunia yg tepat untuk membuat kegemparan ini, yaitu micro nuklir Dimona dari gurun Negev (Joe Vialls).
Tanggal  6 November 2002, klaim Joe Vialls tentang micro nuklir di Bali  dipublikasikan di halaman depan koran-2 di seluru Pulau Jawa. Nampaknya  klaim tsb disambut hangat di Indonesia setelah kecurigaan besar  Australia dan keterlibatannya dalam penyidikan di Pantai Kuta yang tidak  perlu.
Sebagai  catatan, untuk bisa mengukur tingkat kepercayaan dan perasaan sakit  hati, tanyakan pada diri anda sendiri gimana kalo segerombolan polisi  Indonesia tak diundang “menyelidiki” TKP di New York, Sydney, atau  London.
Keesokan  paginya, anggota2 pemerintah RI di Jakarta terlibat pembicaraan serius  mengenai senjata nuklir, dan dongeng lucu Australia_Amerika ttg “Jemaah  Islamiyah & Al Qaeda yang menyerang Bali” dengan cepat menyebar di  Indonesia.
Menurut  sebuah sumber pemerintah di Jakarta, tindakan tegas diambil untuk  memulihkan suasana namun dongeng Australia-Amerika pun dipaparkan ke  depan mata publik. Tak berapa lama, seorang Jenderal terkait dengan TNI  memerintahkan seorang pria bernama Amrozi untuk “segera” mengaku. 
Mengutip  sebuah sumber pemerintah di Jakarta, “Amrozi disetrum 220 Volt,  dicecokin secangkir Scopolamin, dan 30 menit kemudian Amrozy berani  bersumpah bahwa dia adalah George Bush”. Penyidik Australia dan Amerika  langsung terlibat dalam penyiksaan ini sekaligus dengan dungunya  mengatakan pada pemirsa televisi bahwa mereka “tidak perlu untuk  memeriksa kejiwaan tersangka”.
Kenyataan  ttg Amrozi adalah ia seorang mekanik motor dari sebuah desa di  Lamongan, Jawa Timur, dimana istri dan tetangga-2nya bisa membuktikan  bahwa dia tak pernah pergi kemana-mana. Namun kebenaran ini tidak  mendapat perhatian umum, apalagi pihak Barat. Pagi hari tanggal 8  November, media-2 Barat dengan patuh memulai pernyataan burung Beo;  “Amrozi diketahui memiliki kaitan dengan Jemaah Islamiyah yang  berhubungan dengan Al Qaeda”.
Pada  hari yang sama, TV Al Jazeera dengan terang2an menyiarkan video “Osama  bin Laden” yang mengklaim bahwa “Al Qaeda bertanggung jawab penuh  terhadap Bom di Bali”. Oh iya?? Website dimana klaim gadungan ini dibuat  dimiliki dan dioperasikan oleh sebuah perusahaan “gelap” di Qatar,  markas besar Al Jazeera.
Sabtu  pagi tanggal 9 November, dinas Intelijen dari markasnya di London  memberi peringatan yang mengerikan bahwa “Al Qaeda berencana menyerang  Barat dengan senjata radiologis”. Sebagai catatan, senjata radiologis  adalah bom konvensional berisi sampah nuklir yang tersebar didalamnya.  Saat bom meledak, maka sampah nuklir tsb melempar material radioaktif,  yang menyebabkan luka/trauma serius bagi korban yang terkena ledakan.  Bukan kali pertama intelijen Inggris memakai teknik “halus” ini untuk  mengalihkan perhatian publik dari mikro nuklir yang sebenarnya. 
Nah,  jadi bila sekarang seorang menteri di Indonesia memerintahkan pencarian  jejak radiasi di Bali, maka yang dilakukan sang Jenderal adalah  mengumpulkan lebih banyak “tersangka”, menyetrumnya dgn tegangan 220  Volt, menuangkan Scopolamine ke dalam tenggorokan mereka, dan memaksa  mereka “mengaku” bahwa “Al Qaeda mistis” telah memasok sampah nuklir  untuk ditaruh di bom bikinan mereka yang dibuat dari deterjen potasium  klorat.
(NB:  Scopolamin adalah sejenis zat alkaloid yang digunakan sebagai zat  sedatif, biasanya dipakai untuk mengorek keterangan jujur dari  seseorang)
Senin  tgl 18 November, Ketua MPR Amien Rais menjawab pertanyaan ttg validitas  kesimpulan polisi bahwa Amrozi adalah pelaku utama bom Bali. Amien juga  didukung oleh jubir istana A.M Fatwa yang menyatakan; “ Saya sadar  bahwa dia bukan aktor kunci. Saya tidak percaya bahwa Amrozi punya  kemampuan untuk mempersiapkan segala bahan yang diperlukan untuk  pengeboman seperti yg tjd di Bali. 
Pernyataan  yg dibuat oleh 2 orang politisi yang punya posisi kuat ini drancang  untuk menandingi polisi Australia dan disinformasi media mengenai bom  Kuta Bali. Sejumlah besar media di Asia dan Timur Tengah melaporkan  komentar Amien dan Fatwa, tapi yang jelas Australia dan Amerika tdk  menggubris.
Satu  hari sebelum upacara penyucian umat Hindu di lokasi pengeboman (15  Nov), kepala polisi setempat dengan penuh perhatian mengarak tersangka  utama Amrozi di depan media massa. Yang terlihat adalah Amrozi yg tampak  disorientasi, melantur kayak pecandu obat bius, terisolir dari sorotan  kacamata tebal para jurnalis Barat, dan terlihat seperti tak punya  masalah dengan para penegak keadilan sakral kita.
Bukan  itu saja, Amrozy menatap tajam dengan penuh harapan melalui kabut  distorsi jiwanya disertai sorot mata penuh kegembiraan di depan kamera  televisi. Dia ditanyai ttg pernyataannya yang menikmati membunuh orang,  ingin membunuh lebih banyak lagi, khususnya membantai lebih banyak lagi  orang Amerika -(Joe Vialls). 
Begitu  tebal kabut distorsi yang melingkupi jiwanya, sehingga Amrozi benar-2  lupa bahwa hukuman untuk “mengakui” tindakan kriminal kayak begini  adalah berhadapan dengan regu tembak.
Untuk  mengetahui dengan jelas siapa yang membayar dan mengarahkan permainan  Amrozi di Bali, kita hanya perlu melihat baik2 dimana kisah ini  diungkap, siaran dengan detil besar2an dari media Barat, dan siapa yang  paling diuntungkan dari panggung permainan ini. 
Coba  kita pikir & renungkan dengan baik, disini ada seseorang tersangka  “jahat” mengaku sebagai pembantai massal terbesar dalam sejarah, dan  nampaknya terkait dengan “organisasi teroris” spt yang dijajakan tiada  henti oleh media Amerika. Berdasarkan “track record” nya, New York  segera mengangkat kisah ini, dan tanpa belas kasih terus mempromosikan  kisah fiksi “kelompok teroris” ini. 
Satu-2  nya kemungkinan atau alasan yang masuk akal knp peristiwa spektakuler  ini tidak mendapat perhatian pemirsa tv di Amerika selama 3 hari, karena  pemerintah AS sudah tahu bahwa kejadian ini adalah tipuan yang  menyedihkan, mungkin didanai agen bayangan pemerintah di Bali dari uang  100 $ hasil korupsi pejabat pemerintah. Ada kemungkinan 99% kalau kaum  Yahudi itu sendiri yang mengatur serangan di Bali dengan tujuan  terciptanya dukungan publik Australia terhadap ‘kampanye minyak’ di  Timur Tengah. (Joe Vialls)
Jadi  apakah para anggota tim penyidik sekarang siap mengatakan dengan tepat  bahan peledak apakah yang digunakan di Bali? Mereka tiba-tiba terdiam  tanpa alasan. Dan untuk yang pertama kali dalam beberapa minggu,  penyidik2 tersebut tiba-tiba memakai pakaian pelindung maksimum termasuk  masker dan kerudung kedap udara.
Hari  di saat umat Hindu mengadakan upacara penyucian, isi kawah dan puing2  dari lokasi bom dibuang ke laut lepas. Sore harinya para penggali mulai  bekerja, dengan penuh rasa takut mengangkat serpihan dari jalanan utama  Kuta sebelum para politisi Jakarta yang curiga datang memeriksa. 
Mengangkat  bukti fisik cenderung lebih mengundang kontroversi dan tentu saja tdk  menghentikan pihak yang ingin membuktikan bahwa serangan ini bukan  berasal dari pihak Muslim yg dilakukan terhadap orang Inggris,  Australia, dan Indonesia. Dengan membiarkkan penggali dan pengangkut  membuang bukti dan meratakan TKP, pihak pemerintah memberi klarifikasi  pada publik bahwa mereka telah mengangkat tiap potongan tubuh dari TKP,  karena jika tiap potongan tubuh tidak diangkat, maka konvensi  Internasional akan menyatakan bahwa TKP tetap menjadi TKP hingga  pengangkatan penuh bisa dilakukan, yang normalnya memakan waktu hingga  beberapa bulan. 
Politisi  Jakarta mungkin tidak sadar dengan fakta ini, namun jejak nuklir dapat  dibuktikan tidak hanya dari ketersediaan bukti di TKP, namun juga bukti  yang harus diangkat dan dievakuasi dari TKP. Sebab senjata nuklir adalah  satu-2 nya senjata yang dapat menciptakan panas dan tekanan yang cukup  untuk menguapkan tubuh manusia dengan lengkap. 
Pemerintah  Barat dan media menjadi gugup dengan 3 jurnalis investigatif yang  ‘menerobos’ Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar dan menyatakan ttg  pergerakan pesawat tertentu pada tgl 12 dan 13 Oktober yang secara  sistematis dihapus dari catatan log menara kontrol. Stidaknya 2 dari  data pesawat yang dihapus memakai “pelat nomor palsu”. Semua perubahan  halaman tower log, dan halaman handling log yang membuktikan waktu  kedatangan dan keberangkatan 3 pesawat “misterius” tsb telah difoto  dengan cermat dan disimpan untuk keperluan di waktu yg akan datang.
Tak  ada keraguan bahwa dengan Sodium Penthatol (sejenis obat bius) dan  mungkin setrum tegangan tinggi membuat tersangka Amrozi “mengaku”  memasok potasium klorat, bubuk aluminium dan kabel saklar yang tidak  dapat meledak walau kayak gimanapun anda mencampurnya. 
Harap  diingat bahwa kristal potasium klorat bukan peledak, dan butuh  argmentasi serta teknik dari org berpengalaman yg sebenarnya hanya  menimbulkan ledakan bersifat low-explosive. Kita terapkan di Pantai  Kuta, maka “bom” buatan Amrozi tidak lebih berbahaya dari sekedar  petasan anak-anak.
Kepala Kepolisian Federal Anti Terorisme Australia, Tim Morris, masih sedikit kreatif.
Tim  mengklaim bahwa bom dibuat dari klorat, detonator cord (cordex) dan  TNT. Bagus, Tim! TNT tentu akan memicu cordex, atau cordex yang memicu  TNT, namun tidak ada yang mampu berbuat banyak terhadap potasium klorat  pemalas itu, yang mana harus dicampur dulu dengan hati-hati bersama  sejumlah paraffin wax dengan ukuran tepat. Terapkan di Pantai Kuta, maka  bom buatan Tim akan membunuh segelintir orang akibat ledakan, dan  sekaligus memutihkan kaos ratusan orang di dekatnya!
Polisi  dari Indonesia, seorang ahli bahan peledak bernama Zainuri Lubis,  dengan lemah lembut menyatakan bahwa bom dibuat dari klorat, black  powder, dan TNT yang “dicampur bersama”. Lubis adalah ahli bahan peledak  tulen (tidak seperti Amrozy dan Tim), yang selalu tersenyum lebar dalam  wawancara media, dan secara halus nampak menyesatkan pengaruh media  Barat yang selalu menentangnya. 
Bersama dengan ahli bahan peledak lain di muka bumi, Lubis sangat menyadari bahwa anda tidak dapat MENCAMPUR kristal potasium klorat dengan partikel black powder yang sensitif.   Karena sekali anda mencobanya, jeda detik saat “bomber” mulai  mencampur, kristal potasium klorat........ akan menciptakan gesekan  besar di sepanjang permukaan partikel black powder yang kemudian  bereaksi hebat dengan hasil suatu ledakan kuat, tergantung dari ukuran  partikelnya. 
Saat  yg bersamaan, suatu reaksi eksotermik (panas) akan dimulai diantara 2  bahan campuran tersebut. Jika gesekan tadi tidak meminta nyawa “sang  bomber”, maka reaksi eksotermis secepat kilat akan mengubah “sang  bomber” menjadi Lilin Romawi panas. Jadi, bom pilihan Zainuri Lubis  tidak dapat diterapkan di pantai Kuta, sebab bomber khayalan pastilah  sudah hangus terbakar dalam “laboratorium rahasia” khayalannya.
Tersangka  Bom Bali Ali Imron mendemonstrasikan bagaimana cara merakit bom dengan  campuran chlorate-black-powder-TNT. Tapi kayaknya dia lupa mejelaskan  kenapa dia tidak turut meledak dan terbang ke langit saat mencoba  mencampurnya..
Penyelidikan  paralel di Bali oleh 3 jurnalis investigasi Amerika, memberi fakta  mengejutkan tentang malam kejadian tgl 12-13 Oktober 2002, dimana catatan log menara kontrol secara sistematis di “edit” untuk mengecualikan beberapa gerakan pesawat mencurigakan yang keluar masuk Denpasar. 
Hal  yg paling mencurigakan tentu saja adalah “editing” itu sendiri. Namun  mengapa seseorang mau-maunya terlibat kesulitan dengan mendobrak menara  kontrol dan menghapus detail2 penerbangan, jika pesawat yang “dimaksud”  itu digunakan untuk operasi resmi yang alasannya bisa dijelaskan dengan  mudah nantinya?


 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar