Pada tahun 1947, dari seorang pengrajin tembikar yang bersahaja di Pulau Mitylene (milik Kristen Yunani) lahirlah seorang anak yang kelak ditakdirkan membangun kembali supremasi kekuatan Islam di pantai selatan Laut Tengah, setelah ia menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Anak tersebut menjadi seorang muslim ketika berusia 21 tahun dan mendapatkan nama baru ‘Horush’. Dia lebih dikenal sebagai ‘Boba Horus’ karena janggutnya berwarna merah. Karena itu ia dipanggil ‘Barbarossa’ oleh pelaut-pelaut negara Kristen karena bagi mereka ia telah menjadi ‘teror lautan’. Dia adalah ‘Si Janggut Merah”, Khairuddin Barbarossa.
 Dari sumber yang lain disebutkan bahwa kata Barbarossa (Berambut Merah)  adalah  pengucapan yang salah dari kata “Baba Arouj” (Horush). Sedangkan  menurut Encyclopedia Britanica, “Catatan sejarah kontemporer Arab yang  diterbitkan oleh S.Rang dan F.Davis di tahun 1837, dengan tegas  menyatakan bahwa Barbarossa adalah nama yang diberikan oleh orang-orang  Kristen kepada Khairuddin. Pendiri keluarga ini adalah Yaqub, seorang  Roumaliot, yang mungkin berasal dari Albania dan mendiami Pulau Mitylene  setelah ditaklukan oleh Turki. Dia (Yaqub) berputra empat orang :  Elias, Arouj, Isaac, dan Khirz.” Arouj dan Khirz disebut juga Horush dan  Khairuddin. Sejarah menyebutkan bahwa Barbarossa bersaudara lahir dari  seseorang ayah Muslim.
 Nama keluarga Barbarossa berkibar di lautan.  Keluarga  ini menjadi pusat perhatian karena prestasi kelautan mereka. Dalam  petualangannya, anak tertua keluarga itu dibantu oleh adiknya yang  akhirnya lebih terkenal daripada dirinya. Keluarga ini merupakan terror  bagi armada laut Kristen Genoa dan Spanyol. Keluarga Barbarossa-lah yang  memungkinkan Kekhilafahan Turki tidak hanya memperluas wilayahnya ke  seluruh Afrika Utara sampai ke pantai Lautan Atlantik, tetapi juga  membangun supremasi kelautan mereka di Laut Tengah. Berbagai usaha juga  dilakukan untuk merebut Semenanjung Iberia. Barbarossa bersaudara adalah  orang yang menolong kekhilafhan Turki mengadakan pengawasan menyeluruh  terhadap Marokko, Fez, Aljazair, Tunisia dan Tripoli.
 Khairuddin  Barbarossa adalah seorang yang berbakat dan berkemampuan besar.  Pengetahuannya tentang strategi kelautan membuatnya menjadi momok bagi  kekuatan-kekuatan kelautan musuh di Laut Tengah. Ia diangkat sebagai  laksamana armada laut Turki oleh Sulaiman, khalifah Utsmani ketika itu.
 Khairuddin  Barbarossa segera menjadikan Khilafah Utsmaniyyah sebagai raja laut di  Laut Tengah. “Semenjak saat itu, kekuatan Utsmani di pantai barat Afrika  merupakan armada gabungan yang begitu hebatnya sehingga tak satu pun  negara Eropa dapat menandinginya.”
 Khairuddin  Barbarossa memiliki semangat perjuangan yang tinggi. Beliau memiliki  azzam untuk merebut kembali Semenanjung Iberia yang telah lama lepas.  Untuk itu ia berusaha keras sampai titik darah penghabisan. Perjalanan  hidupnya yang singkat diisi dengan usaha yang tidak kenal lelah untuk  mencapai tujuannya itu. Dalam upayanya ini ia ditantang oleh kekuatan  laut yang paling kuat pada masa itu, yaitu Spanyol dan Genoa. Seandainya  umurnya masih panjang untuk beberapa tahun lagi, insyaallah ia dapat  memenuhi cita-citanya itu.
 Dalam  ekspedisi lautnya, Barbarossa juga menyerbu ke pantai Italia. Di tahun  922 Hijriyah pertempuran laut meletus antara Perancis dan Spanyol.  Barbarossa datang membantu Perancis untuk merebut Pulau Corfu dan  kepulauan-kepulauan di Laut Aegean yang dikuasai Vanesia. Dengan usaha  ini kekuasaan Utsmaniyyah meluas sampai ke Laut Aegean dan pantai  Italia.
 Keberhasilan  Khairuddin Barbarossa selalu menjadi kekhawatiran kerajaan Kristen.  Paus akhirnya mengadakan “Persekutuan Suci” dengan Spanyol, Hungaria,  dan Venesia sebagai konspirasi melawan khilafah Utsmaniyyah, dengan  tujuan tunggal, yaitu menghancurkan kekuatan laut Utsmaniyyah di Laut  Tengah. Armada gabungan mereka yang kuat di bawah pimpinan laksamana  kenamaan Mendosa dari Spanyol menantang armada Turki Utsmani di Laut  Tengah. Pertempuran bersejarah pun meletus. Armada pasukan Salib  terpaksa mundur dengan kerugian yang besar. Khairuddin Barbarossa  memenangkan pertempuran laut yang mengesankan itu. Direbutnya juga  beberapa pulau di Laut Tengah.
 Sebagaimana  tekadnya, Khairuddin Barbarossa berencana menaklukan Semenanjung Iberia  dengan merebut Jibraltar. Beliau ingin menguasai Spanyol melalui rute  yang pernah dijalani penakluk Islam Tariq bin Ziyad. Dengan bermarkas di  Jibraltar, ia merencanakan serangan yang akan dilancarkan ke jantung  semenanjung itu. Hanya sayangnya, rencanannya tertunda untuk waktu yang  cukup lama akibat urusan lain. Sementara itu, orang-orang Spanyol  melakukan persiapan penuh guna menghadapi serangan Khairuddin Barbarossa  di tanah mereka sendiri, Jibraltar, yang telah mereka bentengi dengan  baik.
 Akhirnya,  tibalah hari yang sangat menentukan. Pada tanggal 20 Agustus 1540,  Khairuddin Barbarossa menyerang Jibraltar. Kota ini telah dibentengi  dengan ketat ; orang-orang Spanyol mengerahkan semua pasukan mereka  untuk menghadapi pasukan kaum Muslimin. Mereka bahkan menarik pulang Don  Bernardo dan Mendosa dari Sicilia untuk menggantikan Admiral Don Alvaro  de Bazon. Barbarossa melancarkan serangan itu dengan armada berkekuatan  16 kapal, diawaki oleh 100 pelaut dan 2.000 prajurit. Dalam waktu  kurang dari 10 hari, ia menginjakkan kakinya di pantai Jibraltar.
 Orang-orang  Spanyol hampir tidak dapat menghadapi serangan gencar khilafah  Utsmaniyyah itu dan terpaksa mengurung diri di dalam kota. Mereka tidak  mampu menghadapi pasukan Barbarossa di medan perang terbuka. Meskipun  akhirnya pengepungan itu terpaksa dihentikan karena kekurangan  perbekalan dan kurangnya dukungan di darat, namun usaha tersebut telah  mencatat nama Khairuddin Barbarossa dengan tinta emas perjuangan kaum  Muslimin.
 Khairuddin Barbarossa  meninggal  tahun 1546. Tekadnya untuk menaklukkan Semenanjung Iberia tetap tak  terwujudkan, tetapi ia memperoleh “tempat abadi” di dalam sejarah  peperangan laut sebagai orang yang telah menghantarkan Khilafah Turki  Utsmaniyyah sebagai negara berkekuatan maritim yang paling hebat di  zamannya.
 Selama  masa kepemimpinannya dalam armada perang khilafah Utsmaniyyah, kurang  lebih 14 tahun, wibawa dan kekuatan negara berdiri kukuh dan merupakan  babak keemasan dalam sejarah Islam. Sejarawan mana pun akan mengabadikan  nama Khairuddin Barbarossa, Si janggut Merah, sebagai pahlawan Islam  yang gagah berani di lautan. Bahkan, untuk beberapa waktu lamanya,  armada Turki senantiasa melepas tembakan salvo sebagai tanda  penghormatan untuk mengingat Khairuddin Barbarossa setiap kali berlayar  meninggalkan Tanduk Emas. Wallahu ‘alam bis showab!  

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar