Saat Salahudin  berkuasa, perang salib sedang berjalan dalam fase kedua dengan  dikuasainya Yerussalem oleh pasukan Salib. Namun pasukan Salib tidak  mampu menaklukan Damaskus dan Kairo. Saat itu terjadi gencatan senjata  antara Salahudin dengan Raja Yerussalem dari pasukan Salib, Guy de  Lusignan.
 Perang salib  yang disebut-sebut sebagai fase ketiga dipicu oleh penyerangan pasukan  Salib terhadap rombongan peziarah muslim dari Damaskus. Penyerangan ini  dipimpin oleh Reginald de Chattilon penguasa kastil di Kerak yang  merupakan bagian dari Kerajaan Yerussalem. Seluruh rombongan kafilah ini  dibantai termasuk saudara perempuan Salahudin. Insiden ini  menghancurkan kesepakatan gencatan senjata antara Damaskus dan  Yerussalem. Maret 1187 setelah bulan suci Ramadhan, Salahudin menyerukan  Jihad Qittal. Pasukan muslimin bergerak menaklukan benteng-benteng  pasukan Salib. Puncak kegemilangan Salahudin terjadi di Perang Hattin.
 Perang Hattin  terjadi di bulan Juli yang kering. Pasukan muslim dengan jumlah 25000  orang mengepung tentara salib didaerah Hattin yang menyerupai tanduk.  Pasukan muslim terdiri atas 12000 orang pasukan berkuda (kavaleri)  sisanya adalah pasukan jalan kaki (infanteri). Kavaleri pasukan muslim  menunggangi kuda yaman yang gesit dengan pakaian dari katun ringan  (kazaghand) untuk meminimalisir panas terik di padang pasir. Mereka  terorganisir dengan baik, berkomunikasi dengan bahasa arab. Pasukan  dibagi menjadi beberapa skuadron kecil dengan menggunakan taktik hit and  run.
 Pasukan salib  terdiri atas tiga bagian. Bagian depan pasukan adalah  pasukan Hospitaler, bagian tengah adalah batalyon kerajaan yang dipimpin  Guy de Lusignan yang juga membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan.  Bagian belakang adalah pasukan ordo Knight Templar yang dipimpin Balian  dari Ibelin. Bahasa yang mereka gunakan bercampur antara bahasa  Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropa lainnya. Seperti umumnya  tentara Eropa mereka menggunakan baju zirah dari besi yang berat, yang  sebetulnya tidak cocok digunakan di perang padang pasir.
 Salahudin  memanfaatkan  celah-celah ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar rumput kering  disekeliling pasukan Salib yang sudah sangat kepanasan dan kehausan.  Besok paginya Salahudin membagikan anak panah tambahan pada pasukan  kavalerinya untuk membabat habis kuda tunggangan musuh. Tanpa kuda dan  payah kepanasan, pasukan salib menjadi jauh berkurang kekuatannya. Saat  peperangan berlangsung dengan kondisi suhu yang panas hampir semua  pasukan salib tewas. Raja Yerussalem Guy de Lusignan berhasil ditawan  sedangkan Reginald de Chattilon yang pernah membantai khalifah kaum  muslimin langsung dipancung. Kepada Raja Guy, Salahudin memperlakukan  dengan baik dan dibebaskan dengan tebusan beberapa tahun kemudian.
 Menuju Yerussalem
 Dari Hattin,  Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre, Beirut dan Sidon untuk  dibebaskan. Selanjutnya Salahudin bergerak menuju Yerussalem. Dalam  pembebasan kota-kota ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur  diplomasi dan penyerahan daripada langsung melakukan penyerbuan  militer. Pasukan Salahudin mengepung Kota Yerussalem , pasukan salib di  Yerussalem dipimpin oleh Balian dari Obelin. Empat hari kemudian  Salahudin menerima penawaran menyerah dari Balian. Yerussalem diserahkan  ketangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan keamanan kaum  Kristen dan Yahudi. Fragmen ini di abadikan  dalam film “Kingdom Of  Heaven” besutan sutradara Ridley Scott. Tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah  atau bertepatan dengan Isra Mi’raj Rasulullah SAW, Salahudin memasuki  kota Yerussalem.
 Ada suatu percakapan dalam film Kingdom Of Heaven yang menarik bagi penulis, yang kurang lebih seperti ini :
 Balian : ”Saya  serahkan kunci kota Yerussalem kepada anda, tapi anda harus dapat bisa  menjamin keselamatan kami, orang-orang non-muslim”
 Salahudin: ”Saya akan jamin keselamatan anda”
  Balian : ” Apa yang dapat menjamin kami bahwa anda akan menepati janji  anda ?” (Balian masih ingat saat-saat Yerussalem jatuh ke tangan pasukan  Salib, banyak penduduk sipil muslim yang dibantai sampai kota  Yerussalem sesak oleh mayat, dan Balian khawatir Salahudin melakukan hal  yang sama )
  Salahudin : ” (diam sejenak..menatap tajam Balian) Saya akan menepati  janji, Insya Allah ..saya adalah Salahudin saya bukan seperti  orang-orang anda”. 
  …………………………………………………………
 Di Yerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang  adil sebagai pemimpin yang shalih. Mesjid Al-Aqsa dan Mesjid Umar bin  Khattab dibersihkan tetapi untuk Gereja Makam Suci tetap dibuka serta  umat Kristiani diberikan kebebasan untuk beribadah didalamnya. Salahudin  berkata :” Muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah agama lain”.  Sangat kontras dengan yang dilakukan para pasukan Salib di awal  penaklukan kota Yerussalem (awal perang salib), sejarah mencatat kota  Yerussalem digenangi darah dan mayat dari penduduk muslimin yang  dibantai. Sikap Salahudin yang pemaaf dan murah hati disertai ketegasan  adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang diperintahkan ajaran  Islam.
 Salahudin  Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di mesjid  kecil bernama Al-Khanagah di Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya  hanya bisa menampung kurang dari 6 orang.Walaupun  sebagai raja besar  dan pemenang perang, Salahudin sangat menjunjung tinggi kesederhanaan  dan menjauhi kemewahan serta korupsi.
 Salahudin  berhasil mempertahankan Yerussalem dari serangan musuh besarnya  Richard The Lion Heart, Raja Inggris. Richard menyerang dan mengepung  Yerussalem Desember 1191 dan Juli 1192. Namun penyerangan-penyerangannya  dapat digagalkan oleh Salahudin. Kepada musuhnya pun Salahudin berlaku  penuh murah hati. Saat Richard sakit dan terluka, Salahudin menghentikan  pertempuran serta mengirimkan hadiah serta tim pengobatan kepada  Richard. Richard pun kembali ke Inggris tanpa berhasil mengalahkan  Salahudin.
 Sepanjang  sejarah Yerussalem sebagai kota suci bagi tiga agama, sejak ditaklukan  Salahudin, Yerussalem belum pernah jatuh ketangan pihak lain. Baru  setelah Perang Dunia I, Yerussalem jatuh ketangan Inggris yang kemudian  diserahkan ke tangan Israel.
 Semasa hidupnya  Salahudin lebih banyak tinggal di barak militer bersama para  prajuritnya dibandingkan hidup dalam lingkungan istana. Salahudin wafat 4  Maret 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazah sempat terkaget-kaget  karena ternyata Salahudin  tidak memiliki harta. Ia hanya memiliki  selembar kain kafan yang selalu di bawanya dalam setiap perjalanan dan  uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang Suriah waktu itu).
Sampai sekarang Salahudin Al-Ayubi tetap dikenang sebagai pahlawan besar yang penuh sikap murah hati. 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar