Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal Tarikh Masehi, dibawa oleh para Musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para Musafir dari Tiongkok yakni Musafir Budha Pahyien. Kedua tokoh besar ini mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebarkan Dharma. Bukti- bukti peninggalan ini sangat banyak berupa sisa- sisa kerajaan Hindu seperti Kerajaan Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman dan Kerajaan Majapahit dengan rajanya Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang, menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya,Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Di dalam Kitab Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV yang di sebutkan sebagai mancanagara (wilayah taklukan Majapahit) sebagian dari “Mandala” kerajaan. Yang meliputi kepulauan Nusa Tenggara atau wilayah Timur Jawa salah satunya yaitu Dompo (Dompu) dan Sang Hyang Api (Pulau Sangeang) Bima. Ekspansi tersebut dilakukan oleh Panglima Besar Gajah Mada pada tahun 1377 masehi, setelah Gajah Mada menundukkan kerajaan Bali pada tahun 1343 Masehi. Dari kemungkinan besar bahwa agama Hindu masuk di Bima bersamaan pada saat Pasukan Kerajaan Majapahit melakukan Ekspansi di Bima, dan kebiasaan pasukan Majapahit setelah menaklukkan suatu wilayah mereka akan membangun sebuah Candi-candi di wilayah tersebut dan salah satu buktinya yaitu di Wadu Pa`a, karna terlihat tempat pemujaan Dewa Siwa dan Dewa Siwa Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Siwa (Çiwa / Shiva) adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur, melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga segala ciptaan Tuhan tersebut harus dikembalikan kepada asalnya (Tuhan) dan patung Dewa Ganesa (putra Dewa Siwa). Dan pada saat itu masyarakat Bima menganut Makamba dan Makimbi (Aninisme dan Dinanisme) sehingga tidak jauh dari kepercayaan para pasukan Majapahit yaitu Hindu dan Menyembah Dewa-dewa.
Terbentuknya Kerajaan Bima
Kerajaan Bima merupakan dibentuk oleh Kerajaan Majapahit setelah Panglima Gajah Mada melakukan Ekspansi pada tahun 1377 Masehi, dan seseorang harus di angkat untuk menjadi Raja di wilayah tersebut, kemudian para Ncuhi (ketua suku) mengabdikan diri kepada Raja tersebut yang bernama Bima. Raja Bima ini memperistri penduduk setempat sehingga ada nama Mbojo yang berarti Bojo (istri) dari bahasa Jawa, dan nama Bima itu sendiri di ambil dari nama Raja Pertama Kerajaan Bima yaitu Bima. Raja Bima mempunyai 2 (dua) orang anak laki-laki yang bernama Indra Zamrud (anak pertama) dan Indra Kumala (anak kedua) kemudian putra pertama dari Raja Bima inilah yang di angkat menjadi Raja Pertama yang sah dan menetap di Bima karena Raja Pertama (Bima) pergi balik ke pulau Jawa.
Mitos Raja Bima dari Kayangan
Di ceritakan bahwa sang Bima Raja pertama Bima adalah anak dari Pandu dewanata yang mempunyai Lima anak atau di sebut Pandawa Lima, akan tetapi di setiap kerajaan Hindu pasti terdapat cerita Pandawa Lima, Apakah betul sang Bima berasal dari kayangan yang selama ini diceritakan oleh KItab-kitab kuno kerajaan Bima?
Bima (Sanskerta: भीम, bhīma) atau Bimasena (Sanskerta: भीमसेन, bhīmaséna) adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang tokoh heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut. Ia merupakan keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara se'ayah'-nya ialah wanara yang
terkenal dalam epos Ramayana dan sering dipanggil dengan nama Hanoman. Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuddha. Cerita ini dikisahkan dalam episode atau lakon Prasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.
Arti nama
Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah "mengerikan". Sedangkan nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam bahasa Sanskerta dieja vṛ(ri)kodara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah Bhimasena yang berarti panglima perang.
Kelahiran
Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa karena Pandu tidak dapat membuat keturunan(akibat kutukandari seorang resi di hutan), maka Kunti (istri Pandu) berseru kepada Bayu, dewa angin. Dari hubungan Kunti denganBayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari Bayu, Bima akan menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih
sayang.
Istri dan keturunan
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak, yaitu:
1. Dewi Nagagini, berputera (mempunyai putera bernama) Arya Anantareja,
2. Dewi Arimbi, berputera Raden Gatotkaca dan
3. Dewi Urangayu, berputera Arya Anantasena.
Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputera Srenggini.
Di lihat dari cerita sang Bima di atas kita tidak bias mendapatkan kesamaan cerita dan tidak ada bahwa Bima pernah Menikah dengan putrid Naga,atau mempunyai dua orang anak bernama Indra Zamrud dan Indra Kumala,karna karakter sang Bima dalam cerita hampir mirip dengan karakter Gajah Mada, Begitupun sukarno menyamakan dirinya dengan Bima kemungkinan hanya ada kesamaan nama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar