Tidak sedikit Al Qur’an menceritakan para Nabi dan Rasul berikut dengan asal-usul keluarganya, misalnya Kisah Nabi Nuh a.s yang anaknya membantah kepadanya atau kisah Nabi Luth a.s yang istrinya durhaka sehingga Allah subhanahu wa ta’ala lasung meng-adzabnya sebagai contoh manusia kemudian.
Kisah-kisah tragis para nabi beserta keluarganya tersebut bukanlah suatu kebetulan namun sudah menjadi kehendakNya, sebagai pelajaran bagi manusia pada umumnya dan saya sangat yakin sekali bahwa kita tidak akan pernah sanggup menanggung penderitaan seperti para Nabiullah dan Rasulullah.
Sebenarnya saya ingin mengupas mengenai makna “Wahidatan” secara komprehensif pada (QS 7:189), namun rekan @Mr Mahesa melontarkan pertanyaan yang menggelitik maka tidak ada salahnya saya kupas sekilas, toh masih berkaitan dengan kalimat : khalaqakum min nafsiw wahidatin wa ja’ala minhaa zaujaha.
Kisah-kisah tragis para nabi beserta keluarganya tersebut bukanlah suatu kebetulan namun sudah menjadi kehendakNya, sebagai pelajaran bagi manusia pada umumnya dan saya sangat yakin sekali bahwa kita tidak akan pernah sanggup menanggung penderitaan seperti para Nabiullah dan Rasulullah.
Sebenarnya saya ingin mengupas mengenai makna “Wahidatan” secara komprehensif pada (QS 7:189), namun rekan @Mr Mahesa melontarkan pertanyaan yang menggelitik maka tidak ada salahnya saya kupas sekilas, toh masih berkaitan dengan kalimat : khalaqakum min nafsiw wahidatin wa ja’ala minhaa zaujaha.
Jika disimak Al’araaf 189 dari sudut tata bahasa arab,memang tak salah dalil-dalil nya. Karena berasal dari Al-Qur’an yg pasti tak ada yg salah.Tapi liat juga ayat selanjutnya 199 ja’ala lahu syuroka’a,ternyata isim yg disebutkan pada ayat 189 menyekutukan Allah. Timbul pertanyaan, ”Adakah seorang Nabi yg menyekutukan Allah..?? jelas tidak ada. Yang pasti Al ’araaf 189 bukanlah seorang nabi tapi seorang musryikin.Keluarga siapakah gerangan ?!
Seluruh kitab suci samawi bila meriwayatkan keluarga seseorang biasanya berkaitan dengan Nabi tertentu, saya sendiri tidak berani menulis atau secara tegas mengatkan kafir /musrik hanya berdasarkan penafsiran atau sejarah yang belum tentu keabsahannya oleh karena itu silakan tarik kesimpulan masing-masing sedangkan pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kalimat “khalaqakum min nafsiw wahidatin wa ja’ala minhaa zaujaha.” bisa merupakan terciptanya tatanan masyarakat tertentu , seperti analogi terciptanya sistem kereta api pada postingan sebelumnya.
Mari kita kaji Surah Al ‘Araaf dimulai dari ayat 189, dengan asumsi Umatan Wahidatin adalah suatu keluarga.
189. Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur“.
Dengan jelas ada kekhawatiran pada pasangan suami-istri tersebut terhadap kandungannya terutama saat-saat akan persalinan, berarti mereka sebelumnya tidak mempunyai anak, sehingga mereka memohon agar diberikan anak yang sempurna !!.
Do’a untuk memperoleh “anak yang sempurna” tentu yang dimaksud adalah anak laki-laki yang sehat tampa cacat, sejarah membuktikan bahwa peranan anak laki-laki lebih dominan bahkan terdapat suatu periode dimana anak-anak perempuan dikubur demi menutup aib keluarga, sekarang mari kita lihat korelasinya dengan sejarah.
Bangsa Arabiyin (termasuk bani Israil) mempunyai nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s yang lahir di Babilonia (sekarang Irak) dan beliau merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Dua saudara kandungnya adalah Nakhur dan Hasan, ayah Nabi Luth a.s.
190. Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.
191. Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang.
Ayah Nabi Ibrahim a.s (Azar) termasuk orang yang sangat dicintai Raja Namrud karena pandai membuat patung berhala. Patung-patung karyanya disembah oleh para pengikut Raja Namrud.
192. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.
193. Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka atau pun kamu berdiam diri.
194 .. 198
Nabi Ibrahim a.s berdakwah kepada kaumnya dengan cara membuktikan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah tidak bisa melindungi mereka. Ketika rakyat Babilonia merayakan suatu hari besar di luar kota,beliau tidak ikut merayakan dengan alasan sakit. Ketika kota sudah sunyi maka berhala-berhala tersebut dihancurkan dengan sebuah kapak besar dan disisakan sebuah berhala yang paling besar.
199. Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.
200. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Syaitan terbuat dari API jadi yang dimaksud “ditimpa sesuatu godaan syaitan” adalah peristiwa Nabi Ibrahim a.s akan dibakar hidup-hidup oleh api yang membara. Nabi Ibrahim a.s dibawa ke tanah lapang dan rakyat Babilonia datang berbondong-bondong untuk menyaksikan eksekusi pembakarannya setelah dibelenggu Nabi Ibrahim a.s dimasukkan ke dalam api. Karena Nabi Ibrahim a.s berlindunglah kepada Allah maka api terasa dingin selanjutnya dikisahkan pada (QS 21:68-70)
Untuk sementara ini saya meyakini bahwa kata “kamu” pada (QS 7:189) adalah ayahanda Nabi Ibrahim a.s yang bernama AZAR, wa allahu ‘alam.
Analogi: khalaqakum min nafsiw wahidatin wa ja’ala minhaa zaujaha
Kasus penembakan JFK sekian lama ditutupi dengan keyakinan palsu bahwa sang esekutor hanya “seorang diri” berikut dikuatkan dengan teori konspirasi berbagai disiplin ilmu.
(bersambung…)Kasus penembakan JFK sekian lama ditutupi dengan keyakinan palsu bahwa sang esekutor hanya “seorang diri” berikut dikuatkan dengan teori konspirasi berbagai disiplin ilmu.
Wassalam, Haniifa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar