Assalamu’alaikum,
Wassalam, Haniifa.
Kesalahan yang sangat fatal akibat dari tulisan @Mas Agus Mutofa adalah banyak-nya orang berasumsi bahwa kalau bukan Nabi Adam a.s manusia pertama maka dipastikan seorang WANITA.
Sebagaimana pendapat seorang rekan dibawah ini:
Sebagaimana pendapat seorang rekan dibawah ini:
Pada kata nafsi di ayat 7/189 selama ini diartikan dengan diri yang hukum isimnya muannas atau feminine gender, tetapi wujud diri itu adalah lelaki atau muzakkar, masculine gender. pengertian itu hanya dipengaruhi oleh cerita tentang Adam sebagai manusia pertama di bumi. pengertian itu tampaknya masih dikungkung oleh kesadaran bahwa bumi ini saja yang berpenduduk manusia. padahal sebenarnya kata nafsi itu adalah wanita, baik wujudnya maupun jenisnya. itulah manusia biang, daripadanya Allah menjadikan anaknya tanpa bapak yaitu proses parthenogenese yang berlaku pada Maryam putri Imran.
dari manusia biang ini lahirlah lelaki yang kemudian menjadi suaminya. dalam hal ini orang mengartikan istrinya karena dipengaruhi seperti yang disebutkan di atas. bila manusia biang tersebut adalah lelaki bagaimana mungkin ia berparthenogenese. padahal Al Qur’an memuat istilah zawjuha berarti suaminya pada beberapa ayat lain [2/232 dan 58/1] sama dengan istilah yang dipakai dalam ayat 4/1, 7/189 dan 39/6. yang berartikan istrinya tercantum dalam Al Qur’an pada ayat 2/102, 4/20 dan 21/90 dengan memakai istilah zawjuhu.
kata li yaksuna dalam ayat 7/189 itu memperlihatkan isim muzakkar pada zawju tadi. jika orang mengartikan nafsi dan zawja dalam ayat suci ini dengan muannas, maka darimana datangnya muzakkar pada fi’il yaksuna. kalau orang berpendapat manusia pertama itu lelaki maka itu berarti susunan bahasa Al Qur’an adalah salah dan harus diperbaiki atau memang kita yang belum dapat paham sepenuhnya bahwa ada perkembangan komunitas manusia selain di bumi, yang mana biangnya adalah perempuan.
Argumentasi yang sama saya dapati dari rekan diskusi dunia maya, sayangnya karena “kesibukan beliau” sepertinya rehat sejenak….
Agar tidak menjadi rancu maka akan saya bahas terlebih dahulu penggunakan kata “li” dari argumentasi diatas:
Kata li yaksuna dalam ayat 7/189 itu memperlihatkan isim muzakkar pada zawju tadi. jika orang mengartikan nafsi dan zawja dalam ayat suci ini dengan muannas, maka darimana datangnya muzakkar pada fi’il yaksuna
Huruf Alif bertemu Lam penggunaan lam mempunyari karakteristik Qamariah (samar/perempuan) dan Syamsiah (terang/laki-laki), jadi jelas datangnya muzakkar pada fi’il yaksuna dari alif “lam” Syamsiah.
Bahkan penggunaan huruf Alif-Lam “Syamsiah” ini, Allah subhanahu wa ta’ala lebih menegasi penggunaan huruf “lam“ diganti dengan huruf “Lam-Alif“
1. “…Fiil ardhi khalifah…” := menggunakan huruf “Lam-alif” sehingga bumi tidak bergender tapi bukan Al Qamar, perhatikan susunannya hurufnya (Lam := mati, Alif := fathah)
2. “…li adama fasjadu…” := menggunakan huruf “Lam-Alif”, perhatikan satu huruf hijaiyah “Lam-Alif” mejadi dua (1 Lam-Alif := 1 Lam fathah + 1 Alif kasrah) jelas proses pengandaan manusia berasal dari Nabi Adam a.s.
Bahkan penggunaan huruf Alif-Lam “Syamsiah” ini, Allah subhanahu wa ta’ala lebih menegasi penggunaan huruf “lam“ diganti dengan huruf “Lam-Alif“
1. “…Fiil ardhi khalifah…” := menggunakan huruf “Lam-alif” sehingga bumi tidak bergender tapi bukan Al Qamar, perhatikan susunannya hurufnya (Lam := mati, Alif := fathah)
2. “…li adama fasjadu…” := menggunakan huruf “Lam-Alif”, perhatikan satu huruf hijaiyah “Lam-Alif” mejadi dua (1 Lam-Alif := 1 Lam fathah + 1 Alif kasrah) jelas proses pengandaan manusia berasal dari Nabi Adam a.s.
Dari bentukan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Khalifah pertama Nabi Adam a.s adalah seorang laki-laki bukan wanita, sehingga walaupun pendapat rekan dibawah ini “benar” namun penempatan tafsir ayat secara komprehensif tidaklah benar karena jelas bahwa yang dimaksud pada (QS 7:189) bukanlah Nabi Muhammad s.a.w atau Nabi Adam a.s sementara rekan-rekan tersebut memaksakan pakem yang telah ditegasi oleh Rasulullah dan diakui oleh para Ulama terdahulu jelasnya agar tidak lepas dari kontektual maka dijedakan dalam bentuk SATU HAMZAH (‘ain).
Ingat Surah Al Alaq 1-5 adalah ayat yang pertama turun namun tidak ditempatkan pada urutan pertama pada Al Qur’an, demikian juga tanda-tanda baca pada Al Qur’an baik nomor ayat, waqaf maupun tanda hamzah (‘ain) yang ditulisa oleh Zaid bin Tsabit semua langsung dibawah pengawasan Rasulullah dan diverifikasi oleh Malaikat Jibril.
Saya tidak habis mengerti bagaimana rekan kita ini berasumsi bahwa semua ayat yang mengandung kalimat “min nafsiw wahidatiw wa khalaqa minhaa zaujaha” ditujukan kepada Nabi Adam a.s, jika demikian samalah artinya setiap kata Rasul pada seluruh ayat Al Qur’an berarti Nabi Muhammad s.a.w…![]()
Saya rasa komentar rekan ini, tidak menyadari kekeliruan penafsiran yang diperoleh dari rujukan beliau :
Agus Mustofa begitu wah ndak rame kita nich, dengan adanya buku beliau kita akan kembali membuka pola fikir baru, dan semangat kembali membuka firman ALLAH iya nggak? mengenai manusia pertama mari kita analisa surat 4/1;
disinilah kunci sebenarnya yang harus kita pahami. coba simak kata min nafsiw wahidatiw wa khalaqa minhaa zaujaha. arti dari zauja adalah pasangan juga sama dengan zaujii dan zaujuu apa bila dia bersandarkan pada HA berarti pasangan perempuan dan kalau dia bersandarkan pada HU berarti pasangan lelaki. jadi zaujaha itu artinya pasangan perempuan yaitu suaminya, disambut kata sebelumnya wahidah bukan wahidin kemudian ditambahkan lagi dengan kata minha bukan minhu. wahidah perempuan wahidin laki-laki, minha darinya perempuan, minhu darinya lelaki. Dimana didapat arti sebenarnya adalah suaminya, yakni Al-Quran sendiri QS 58/1 seorang perempuan yang membantah suaminya (Zaujihaa). jadi apabila kita terjemahka pada bahasa Indonesia arti dari QS 4/1 adalah; Wahai manusia Taqwalah pada TUHAN-mu yang menciptyakan kamu dari satu diri dan menciptakan dari padanya suaminya, dan membiakkan dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak. Taqwalah pada ALLAH yang kamu sama meminta pada-NYA dan kasih sayang. Bahwa ALLAH adalah penjaga atasmu.
Oke jelas mybro, Al-Quran memang menggelitik fikiran bukan? jadi jelaslah manusia pertama itu perempuan bukan lah lelaki dan dalam penelitian ilmuwan juga sperti itu sama dengan Al-Quran tidak sama dengan Alkitab bahwa manusia pertama itu lelaki yaitu Adam dan memang aneh kok sama dengan hadits, yang jelas manusia pertama itu dan suaminya menyekutukan ALLAH pada QS 7/189-190 ini fakta dari Al-Quran. tapi sebagai manusia pertama di Bumi memang Adam sekaligus sebagai khalifah pertama.
Jelas sangatlah fatal akibatnya, karena penafsiran Surah Al ‘Araaf 189-206 dianggap Nabi Adam a.s !! dan pemaksaan tersebut maka menjadi tidak aneh sehingga banyak kalangan berkesimpulan cikal-bakal manusia dari seorang wanita (tunggal), yang seharusnya diartikan sebagai “KAUM WANITA” (jamak).
(bersambung…)Wassalam, Haniifa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar