Assalamu’alaikum,
Membuat tanah liat menjadi kendi, dalam pengertian tanah liatnya sudah ada namun tidak berbentuk, kemudian dijadikan (dirubah) bentuk sebuah kendi.
2. وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا = wa ja’ala minha zaujahaa
Note: Untuk memperjelas makna wahidatan pada (QS 7:189), klik disini.
Saya bukanlah ahli Tata Bahasa Arab, hanya satu keyakinan saja bahwa Al Qur’an diturunkan untuk rahmatan lil ‘alamin dengan demikian sangatlah bertolak belakang jika peng-kaji-an Al Qur’an hanyalah untuk sebagian orang-orang yang berwawasan normatif atau ideologis harus terlebih lagi diembel-embeli yang berwawasan kognitif atau daya intelektual yang tinggi. Singkatnya siapapun anda silahkan kaji-lah Al Qur’an sesuai dengan kemampuannya.
Khalaqa := penciptaan dari ketiadaan melalui proses ciptaan sebelumnya.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan1 kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. ( QS 7:11)
1. خَلَقْنَـكُم = khalaqnakum
Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan2 saya dari api sedang dia Engkau ciptakan3 dari tanah” ( QS 7:12 )
2. خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ = khalaqtani min naar
3. وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ = wa khalaqtahu min thiin
Dari sini tampak jelas bahwa Khalifah pertama Nabi Adam a.s dan Iblis mempunyai tingkat kesejajaran dalam hal penciptaan (khalaqa) perbedaannya hanyala bahan yang telah diciptakan sebelumnya yaitu Tanah dan Api. Mahluq bukanlah pencipta sehingga walaupun bahan dasar berupa tanah dan api ada dimuka bumi tapi kita tidak akan pernah bisa menciptakan jenis mahluq baru, kecuali orang-orang berfaham atheislah yang tidak mengakui adanya penciptaan…
. Lucunya kaum evolusioner mengakui adanya suatu proses, namum mereka meyangkal tentang penciptaan, terlepas dari pandangan semu mereka marilah kita kaji tentang peciptaan Khalifah pertama dimuka bumi ini !!
Kata khalaqa bisa merupakan ciptaan yang benar-benar baru (dari ketiadaan) dan bisa juga merupakan mixing dari ada dengan sebuah unsur ciptaan baru, agar memudahkan pengertian ayat dibawah ini maka saya analogikan dengan terciptanya sistem transportasi kereta api dalam suatu daerah. Kereta Api akan “tercipta” (diadakan) jika telah “tercipta” dahulu infrastruktur penunjangnya misalnya: Stasion, rel-kereta, masinis dll; dan setelah semua penunjangnya memenuhi syarat maka barulah “diciptakan” (diadakan) Kereta Api berikut gerbongnya sehingga lengkaplah sistem transportasi Kereta Api didaerah tersebut.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan 4 langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam ( QS 7:54 )
4. خَلَقَ السَمَـوَتِ وَالاٌّرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّ = Khalaqas samawati wal ardho fii sittati ayyami
Paradigma yang keliru selama ini adalah setelah penciptaan langit dan bumi selesai maka seolah-olah tidak ada lagi penciptaan yang lain (Khalaqa) sesungguhnya kita tidak boleh lupa bahwa setiap saat Allah senantiasa menciptakan (Khalaqa), semisal janin dibawah usia kira-kira 3 bulan dalam kandungan maka Allah akan menciptakan ruh bagi sang bayi dan ini diakui oleh dunia kedokteran tentang adanya tanda-tanda kehidupan pada janin, demikian pula setiap binatang, dan biji-bijian yang akan menjadi tumbuhan.
Ja’ala := Menjadikan, merubah atau membentuk dari sesuatu yang sudah ada.
Misalnya kalimat : Ja’altussinaibritaMembuat tanah liat menjadi kendi, dalam pengertian tanah liatnya sudah ada namun tidak berbentuk, kemudian dijadikan (dirubah) bentuk sebuah kendi.
Begitu juga dengan firman Allah terhadap Nabi Ibrahim :
إِنِّى جَـعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا = inni ja’iluka linnasi imama,
Artinya: “Aku akan menjadikan engkau sebagai imam bagi manusia.” (QS. 2:124), maka hal itu berarti bahwa Nabi Ibrahim a.s sudah ada namun dijadikan (dirubah) bentuk imam seluruh manusia. Singkatnya ke-imam-an Nabi Ibrahim a.s yang tak berbentuk berubah menjadi Imam-nya seluruh manusia setelah kenabian-nya hingga akhir zaman.
إِنِّى جَـعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا = inni ja’iluka linnasi imama,
Artinya: “Aku akan menjadikan engkau sebagai imam bagi manusia.” (QS. 2:124), maka hal itu berarti bahwa Nabi Ibrahim a.s sudah ada namun dijadikan (dirubah) bentuk imam seluruh manusia. Singkatnya ke-imam-an Nabi Ibrahim a.s yang tak berbentuk berubah menjadi Imam-nya seluruh manusia setelah kenabian-nya hingga akhir zaman.
Subhanallah…
Sejujurnya saya sendiri sebenarnya sependapat dengan Utadz Agus Mustofa bahwa Nabi Adam a.s bukanlah manusia pertama, namun jika ditelaah dengan detail dan seksama maka beliau menyandarkan pada ayat-ayat yang tidak ada relevansinya sehingga argumentasi menjadi sangat lemah dan kacau balau karena tidak mengindahkan jeda (tanda hamzah/’ain), begitu juga sanggahan yang disampaikan oleh rekan @Mas Aricloud dan cukup menjadi perdebatan yang sengit tapi mengasikan. Berikut ini saya ulas penafsiran yang kurang komprehensif baik @Mas Aricloud maupun @Mas Agus Mustofa pada Surah Al ‘Araaf ayat 189
هُوَ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّن نَّفْسٍ وَحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّآ أَثْقَلَت دَّعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَـلِحاً لَّنَكُونَنَّ مِنَ الشَّـكِرِين
1. خَلَقَكُمْ مِّن نَّفْسٍ وَحِدَةٍ = khalaqakum min nafsiw wahidahهُوَ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّن نَّفْسٍ وَحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّآ أَثْقَلَت دَّعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَـلِحاً لَّنَكُونَنَّ مِنَ الشَّـكِرِين
2. وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا = wa ja’ala minha zaujahaa
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri satu (@haniifa:satu keluarga) dan daripadanya Dia menciptakan istrinya (@haniifa: membentuk seorang wanita belum bersuami menjadi pasangannya) , agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. ( QS 7:189)
Ingat tanda “hamzah“ (‘ain) terdapat pada ayat Al ‘Araaf ayat 189 sehingga penafsiran harus sampai dengan bertemu hamzah (‘ain) berikutnya dan dalam hal ini ternyata pada akhir surah tersebut yaitu ayat.
@mas Aricloud menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud “kamu” pada (QS 7:189) adalah Nabi Muhammad s.a.w bukan Nabi Adam a.s karena beliau merujuk pada ayat sebelumnya (QS 7:188) jelas ini sesuatu kekeliruan yang karena suhuf-nya berbeda (tidak satu hamzah/’ain), memang benar pada (QS 7:188) kata kamu adalah Nabi Muhammad s.a.w.
@mas Aricloud menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud “kamu” pada (QS 7:189) adalah Nabi Muhammad s.a.w bukan Nabi Adam a.s karena beliau merujuk pada ayat sebelumnya (QS 7:188) jelas ini sesuatu kekeliruan yang karena suhuf-nya berbeda (tidak satu hamzah/’ain), memang benar pada (QS 7:188) kata kamu adalah Nabi Muhammad s.a.w.
Menurut catatan sejarah tidak ada seorangpun anak Nabi Muhammad s.a.w atau beliau sendiri beserta istri menyekutukan Allah, perhatikan (QS 7:190) masih dalam satu ‘ain (hamzah).
Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. ( QS 7:190)
@Mas Agus Mustofa lebih tidak masuk akal bahwa kamu yang dimaksud adalah Nabi Adam a.s dan istrinya telahir dari rahim yang sama… 
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya…” (QS 7:189)
Kata ‘kamu’ yang dimaksud pada ayat ini adalah perempuan, dan penafsiranya bahwa Adam dan Hawa dilahirkan dari rahim yang sama (diri yang satu) (hlm 24, Ternyata Akhirat Tidak Kekal, Agus Mustofa)
Beliau lupa pada ayat berikutnya masih pada ‘ain (hamzah) yang sama.
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya…” (QS 7:189)
Kata ‘kamu’ yang dimaksud pada ayat ini adalah perempuan, dan penafsiranya bahwa Adam dan Hawa dilahirkan dari rahim yang sama (diri yang satu) (hlm 24, Ternyata Akhirat Tidak Kekal, Agus Mustofa)
Beliau lupa pada ayat berikutnya masih pada ‘ain (hamzah) yang sama.
Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. (QS 7:191)
Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. ( QS 7:192)
Putra Nabi Adam a.s tidak mempersekutukan Allah apalagi membuat berhala-berhala dan berhala-berhala itu buatan orang (berarti ada orang lain selain Adam, Hawa dan Anaknya). Pada ( QS 7:192) lebih menegasi bahwa masyarakat “mereka” adalah penyembah berhala, disisi lain kisah putra Nabi Adam a.s pada Al Qur’an hanya menceritakan perebutan pasangan.
(bersambung… )Note: Untuk memperjelas makna wahidatan pada (QS 7:189), klik disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar